Blog ini berisi tulisan-tulisan ringan Sultan Abdul Khair. Jika anda berkenan mengutip sebagian atau keseluruhan dari salah satu atau beberapa tulisan di blog ini, mohon untuk mencantumkan sumbernya. Ikuti Blog ini bila diperlukan. Terima Kasih atas kunjungan anda...!

Sabtu, 20 April 2013

PRIA YANG PERNAH SAYA BANTU

Nama saya Abdul Khair, biasa dipanggil Khair. Sekarang saya mahasiswa aktif semester 6 di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Saya berasal dari Nusa Tenggara Barat, tepatnya dari Kabupaten Bima. Oke, sekian perkenalannya, ga' penting juga yah, hehe*. Pada tulisan ini saya berniat berbagi pengalaman menarik yang pernah saya alami pada akhir maret 2013 lalu. Let's check it out...!

Saat itu ba'da Isya saya hendak ke sebuah minimart tidak jauh dari tempat saya nge-kost. Saya berniat membeli persediaan makanan untuk menyambung hidup di akhir bulan. Maklum, budged menipis untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi perut saat itu sudah sangat lapar dan keroncongan, sayapun bergegas dengan sisa tenaga yang ada.

Sebelum masuk ke minimart, saya sedikit tersentak dengan suara panggilan dari seorang pria yang terlihat sangat tergesa-gesa dari arah belakang. Dia terlihat lusuh dengan jaket hitam, celana jeans dan mengenakan sebuah tas punggung. Setelah merespon panggilan dari pria itu, kami akhirnya berkenalan dan melakukan perbincangan di depan minimart.

Namanya adalah 'Mas Yanuar', dia berasal dari Banjarnegara (jaraknya sekitar 6 jam dari kota Djogjakarta). Usianya lebih tua dari saya, yah sekitar 27 tahun-an. Dalam dialog singkat kami saat itu, mas Yanuar hendak menyusul dan menjemput adiknya yang kabur dari rumah. Sebenarnya mas Yanuar sudah bertemu dengan sang adik, namun dia menolak untuk balik ke rumah bersama beliau. Setelah mendapat penolakan dari sang adik akhirnya mas Yanuar memutuskan untuk kembali ke Banjarnegara. Namun karna sedikit kelelahan akhirnya dia berniat untuk memejamkan mata sejenak di sebuah Mushola. Sebelum tidur, mas yanuar sempat melihat seorang pria yang sedang Sholat didekatnya. Na'as bagi mas Yanuar ternyata itu bukanlah orang baik-baik seperti yang ia sangkakan. Dompet dan handphonenya raib dibawa orang tersebut.

Setelah menceritakan kisahnya tersebut, akhirnya mas Yanuar bertanya apakah saya mempunyai kenalan orang Banjarnegara, atau yang berbahasa 'Ngapak'. Tapi sayangnya saya tidak memiliki kenalan dari daerah tersebut. Walaupun sebenarnya saya punya teman yang 'ngapak', tapi saya tak lekas memberitahunya sebelum bertanya niat mas Yanuar menanyakan orang-orang tersebut. Bagi saya mas Yanuar ini adalah sosok orang yang jujur dan punya harga diri yang tinggi. Dia terlihat sangat canggung dan malu saat meminta bantuan pada orang lain.

 Setelah saya bertanya, ternyata mas Yanuar ingin meminjam uang kepada orang sedaerahnya, yaitu Banjarnegara (ngapak) seandainya saya memiliki kenalan salah satu diantara mereka. Sayapun bertanya nominal uang yang beliau butuhkan, mas Yanuar menjawab dengan sedikit malu-malu :
"Asalkan cukup buat saya sekali makan mas, berapapun saya mau. Saya bisa numpang truk untuk sampai daerah saya. Sebenarnya saya sangat malu melakukan ini, sayapun tidak kenal mas sama sekali. Tapi saya sungguh tak punya pilihan lain. Kalo mas berkenan saya mau jual jaket saya pada mas Khair, berapapun saya mau asalkan saya bisa makan malam ini."

Mendengar perkataan dari mas Yanuar, saya berpikir sejenak. Andai saja saya mempunyai uang lebih, saya pasti akan membantu beliau. namun uang yang ada di dompet saya saat itu hanya tersisa 43rb rupiah, cukup untuk kebutuhan makan saya beberapa hari ke depan jika dibeli dengan Telur dan Mie Instan. Setelah cukup terdiam, akhirnya saya bisa berpikir lebih jernih dan memutuskan untuk membantu beliau. Saya menyerahkan 40rb untuknya dan menyisakan 3rb rupiah dalam dompet. Meskipun sempat berpikir saya tak akan bisa makan malam itu. Saya bahkan tidak tahu apakan saya ikhlas membantu mas Yanuar dengan sisa uang yang saya punya saat itu. Namun yang pasti saya sangat merasa iba dan kasihan dengan beliau. Saya membayangkan andai saja berada pada posisi yang sama dengan mas Yanuar.

Sambil menyerahkan uang 40rb saya berkata:  
"Mas Yanuar, saya mohon maaf, saya bukanlah orang yang berkecukupan. Hanya punya segini untuk mas Yanuar, semoga bisa membantu." 
Namun reaksi mas Yanuar sungguh diluar dugaan saya, beliau terlihat sangat terharu saat itu.  
"Mas, saya tidak tahu harus berkata apalagi, saya sangat bersyukur bisa bertemu daengan mas Khair. Uang ini bahkan cukup untuk biaya saya sampai ke rumah. Saya harap semoga Allah mempertemukan kita dalam keadaan saya yang berbeda. Saya pasti akan membalas kebaikan mas Khair. Allah itu maha mengetahui kebaikan hambanya." kata mas Yanuar. Berulang kali dia masih menyampaikan rasa terima kasihnya.

Setelah itu mas Yanuar meminta contak saya agar bisa menghubungi beliau seandainya berkunjung ke Banjarnegara. Kemudian beliau bergegas menuju terminal. Saya sempat menawarkan diri untuk mengantar, namun beliau menolak. Akhir cerita dengan uang 3rb rupiah yang tersisa saya belikan 1 bungkus mie instan dan sebutir telur. Yah, saya rasa cukup untuk mengganjal perut malam itu.

Setelah kejadian itu, saya mulai banyak berpikir dan merenung. Betapa banyak saudara kita yang mebutuhkan bantuan dan pertolongan. Sebenarnya saya malu menceritakan kisah pertolongan kecil yang telah saya lakukan ini. Namun saya berharap, kita bisa memetik sedikit pelajaran akan pentingnya sikap toleran dan saling membantu antar sesama. Saya meyakini roda kehidupan ini terus berputar. Kita kadang berjaya di atas dan kadang pula terperosok ke bawah. Dan tidak ada satu makhlukpun yang tahu, mungkin orang yang pernah kita tolong itulah yang akan menjadi pintu sukses kita di masa datang. Wallahu A'lam Bis Showab!


0 komentar:

Posting Komentar