Blog ini berisi tulisan-tulisan ringan Sultan Abdul Khair. Jika anda berkenan mengutip sebagian atau keseluruhan dari salah satu atau beberapa tulisan di blog ini, mohon untuk mencantumkan sumbernya. Ikuti Blog ini bila diperlukan. Terima Kasih atas kunjungan anda...!

Sabtu, 26 Maret 2016

ADA APA DENGAN DANA MBOJO??? KENAPA KITA TERTINGGAL DAN BIASA-BIASA SAJA???

Pertanyaan yang muncul cukup sederhana, Kenapa Dana Mbojo belum mejadi Daerah yang Maju dan kompetitif? Kenapa Dana Mbojo cenderung jalan di tempat dan bahkan mengalami kemunduran?

Jika kita berkelana melawan laju waktu menuju 15+ tahun yang lalu maka kita akan terkejut dengan sajian Dana Mbojo yang sangat berbeda dengan saat ini. Transportasinya memang tak sebagus dan sebanyak sekarang, teknologinya memang tak seheboh dan secanggih saat ini, namun lebih dari itu kita akan menemui Insan Mbojo yang bersahabat dan memiliki mental yang lebih baik dari muda-mudi zaman sekarang.

Tolak ukurnya cukup sederhana... Dulu, Dana Mbojo punya orang-orang yang sangat menghargai antara satu dengan yang lain sehingga jarang didengar adanya kesenjangan sosial di tengah masyarakat. Budaya Karawi Kaboju (gotong royong) sangat dijunjung tinggi sebagai sarana merajut silaturrahim. Lantas apa permasalahannya sehingga budaya ini begitu drastis menghilang tergerus laju zaman?

***Let's analyze it!

Tentu saja kita tak akan sanggup menolak bagaimana arus kehidupan terus berkembang, kita tak akan sanggup menghindar dari derasnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah kemajuan itu sudah sesuai pemanfaatannya? Jawabnya sudah pasti BELUM, karna buktinya kita belum lebih baik dari hari kemarin, malah sebaliknya kita jauh lebih terpuruk justru di era yang jauh lebih modern ini.

Setujukah anda bahwa para koruptor itu adalah orang-orang pintar dan berpendidikan tinggi? Saya setuju...! Dana Mbojo saat ini sedang dipenuhi oleh koruptor dan penjilat-penjilat sampah yang memeras uang dan keringat masyarakat dengan memanfaatkan jabatan dan kekuasaan. Mulai dari penjilat kelas teri yang mengelola pungutan-pungutan liar hingga koruptor kelas salmon yang merajai sogokan para pengusaha dan investor hingga memeras rakyat kecil yang ingin memeroleh jabatan dan kedudukan tertentu. Dengan fenomena pahit ini, maka kita bisa memetik kesimpulan sementara bahwa Dana Mbojo tidak kekurangan sumber daya manusia, kita tak kekurangan orang-orang pintar.

Lantas, jika kita tak kekurangan orang-orang pintar, apakah kita kekurangan Sumber Daya Alam? Saya rasa siapapun setuju jawabannya juga TIDAK. Dana Mbojo memiliki Sumber Daya Alam yang bejibun dan melimpah. Tapi kenapa perekonomian masyarakat tetap terpuruk?
Kita dapatkan satu kesimpulan kecil lagi bahwa kita tak kekurangan Sumber Daya Alam. Lantas apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan?

Kita sudah punya sistem transportasi yang lebih baik sehingga akses jadi lebih mudah, kita sudah punya teknologi yang lebih canggih sehingga aliran informasi di seluruh dunia bisa kita serap secepat kilat, kita punya generasi muda yang berpendidikan tinggi dan terlatih sehingga harusnya bisa mengelola Dana Mbojo menjadi lebih maju dan lebih baik. Tapi kenapa???

Hemat saya, ternyata kita sudah benar-benar lupa 1 hal yang paling substansial, yaitu kita sedang melalui fase "Lupa Diri"... kita sudah keilangan 1 hal yang amat sangat penting. Kita sudah kehilangan KARAKTER. KARAKTER yang menjadi identitas kita sebagai Dou Mbojo yaitu dou ma MAJA LABO DAHU (Malu dan Takut). 

Sudah jelas sekarang apa yang membuat orang terdahulu kita jauh lebih baik. Mereka malu dan takut jika berbuat maksiat, malu dan takut jika bermusuhan, malu dan takut jika menindas orang lain, malu dan takut korupsi, malu dan takut melakukan segala hal yang bertentangan dengan norma dan agama. 

Namun saat ini justru tanpa rasa malu dan takut kita melakukan segala jenis kemungkaran. Perkelahian dan pembunuhan terjadi dimana-mana, pemerkosaan merajalela, Narkoba dan Miras sudah merasuki kehidapan generasi muda bahkan anak-anak. Kemajuan IPTEK justru menyeret kita menuju kehancuran. Makin banyak orang berpendidikan ternyata tak membuat kita lebih baik karna sekali lagi kita sudah kehilangan hal terpenting, KARAKTER!

KARAKTER MAJA LABO DAHU yang harusnya kita jaga dan kita lestarikan. KARAKTER yang seharusnya membawa kita menjadi insan yang unggul. 

Saya rasa, kita hanya punya 2 pilihan untuk saat ini. Apakah bertahan dengan keterpurukan ataukah melangkah untuk menjadi lebih baik. Semoga kita bisa mengembalikan KARAKTER "MAJA LABO DAHU", memperbaiki Identitas dan kirisis moral menuju Dana Mbojo yang lebih cemerlang, lebih maju, dan lebih bersahaja....

Cukup mulai dari diri sendiri ^_^

Kamis, 24 Maret 2016

NAMA ORANG BIMA KEKUNOAN VS KEKINIAN

Inilah nama-nama yang menjadi ciri khas orang Bima TEMPO DOELOE...

Pria : Ibrahim (Boa/Brahe), Abdullah (Dole), Usman (Moa), Ishaka (Heko), Zakaria (Zeko), Saidin (Deo), Ali (Elo), Ahmad, dll...
Wanita : Aisyah (Ose), Sa'idah (Adu), Marlah (Lau), Fatimah (Tamu), Jaenab (janu), Marwah (Wau), dll...

Kebanyakan pemilik nama-nama di atas adalah orang-orang tua (Bapak2-Ibu2 atau Kakek-Nenek). Kedepannya mungkin nama-nama di atas tidak akan lagi eksis mengingat tendensi orang Bima yang lebih tertarik dengan nama-nama yang berbau modern... Kalaupun ada yang bernama seperti di atas pastilah sudah disamarkan dengan nama "beken" atau nama "samaran".

Nama Penyanyi, artis sinetron dan bintang film menjadi pilihan utama. Tak heran jika Krisdayanti, Agnes Monika, Anjasmara, Ona Sutra, Titi Kamal, dan nama-nama artis terkini menjamur dijadikan nama anak di Bima... Pengaruh media benar-benar dahsyat...

"APALAH ARTI SEBUAH NAMA", ungkapan yang begitu sering kita dengar... Sebuah nama memang tidak serta merta mencerminkan akhlak seseorang. Namun tetap saja sebuah nama merupakan ciri khas dan identitas yang tak boleh kita remehkan...

Saya tidak tau apakah harus senang ataukah berduka dengan fenomena yang ada, yang pasti saya sama sekali tidak merasa bangga. Karna kira sudah kehilangan identitas, kita kehilangan ciri khas, kita kehilangan karakter... Nama-nama pendahulu kita terdengar begitu bersahaja dan bersahabat. Dan memang seperti itulah karakter kita yang sebenarnya...

Sabtu, 05 Maret 2016

MACET YANG KUIDAM


Sepertinya semesta ikut andil dalam konspirasi agung... Waktu terlalu cepat berlalu... Benarkah sehari itu 24 jam??? Akh... Rasanya cuman sebentar, 1 jam hanya terasa seperti 60 menit :D

Jalananpun rasanya terlalu lancar saat kita bersama. Lampu lalu lintas hanya menandakan hijau hijau dan hijau. Kemana bis-bis dan truk-truk besar yang biasanya menghadang jalan??? Mereka semua bagai menghilang dan bersekongkol untuk membuat waktuku berlalu cepat... Tak pernah sekalipun dalam hidup rasanya ingin jalanan SEMACET ini... Macet bersamamu pasti sangat membahagiakan... Asal bersamamu, selalu melihat rekah senyuman manismu...