Tepat jam 01.35 tengah malam saya betul-betul merasakan sesuatu yang begitu aneh... Sesuatu yang tampak sangat nyata hadir menemani dan membelai saat terlelap dalam tidur. Ternyata beliau memang hadir dalam mimpiku. Melemparkan senyum khasnya yang sekarang hanya bisa kutangkap dalam alam imajinasi...
Sa'at terbangun dari mimpi yang saya rasakan teramat singkat itu, tiba-tiba saja teringat semua kenangan indah dan kenangan pahit semasa hidup beliau. Beliau adalah sosok ayah yang sangat luar biasa. Berjuang keras untuk menopang dan membiayai kehidupan kami. Beliau melakukan hal halal apa saja untuk mendapatkan rupiah demi rupiah. Mulai dari merantau ke tanah orang, mencari kayu balok untuk kami jual, bahkan dengan menjadi seorang buruh tani. Saya ingat betul, itulah yang beliau lakukan saat kami masih belum menemukan kehidupan yang lebih baik.
Beliau adalah sosok yang sangat dikenal baik di masyarakat. Murah senyum, ramah, suka menolong, dan yang paling istimewa adalah beliau tidak pernah bersitegang atau beradu mulut dengan orang lain. Beliau juga mengajarkan itu kepada kami anak-anaknya untuk selalu menghargai orang lain, walaupun belum bisa sepenuhnya kami terapkan seperti yang selalu beliau lakukan...
Malam ini rasanya semua menjadi pecah... Saya sebenarnya tak ingin menangis, namun air mata ini seakan meronta dan memaksa mengalir hingga tak tertahan... Mulut ini serasa ingin berteriak dan memaki diri yang belum sepenuhnya menjadi anak yang ta'at dan berbakti kepada beliau. Tapi seperti biasa, saya hanya menagis dalam diam tanpa suara sedikitpun. Air mata bercucuran dengan sejadi-jadinya...
Sa'at terbangun dari mimpi yang saya rasakan teramat singkat itu, tiba-tiba saja teringat semua kenangan indah dan kenangan pahit semasa hidup beliau. Beliau adalah sosok ayah yang sangat luar biasa. Berjuang keras untuk menopang dan membiayai kehidupan kami. Beliau melakukan hal halal apa saja untuk mendapatkan rupiah demi rupiah. Mulai dari merantau ke tanah orang, mencari kayu balok untuk kami jual, bahkan dengan menjadi seorang buruh tani. Saya ingat betul, itulah yang beliau lakukan saat kami masih belum menemukan kehidupan yang lebih baik.
Beliau adalah sosok yang sangat dikenal baik di masyarakat. Murah senyum, ramah, suka menolong, dan yang paling istimewa adalah beliau tidak pernah bersitegang atau beradu mulut dengan orang lain. Beliau juga mengajarkan itu kepada kami anak-anaknya untuk selalu menghargai orang lain, walaupun belum bisa sepenuhnya kami terapkan seperti yang selalu beliau lakukan...
Malam ini rasanya semua menjadi pecah... Saya sebenarnya tak ingin menangis, namun air mata ini seakan meronta dan memaksa mengalir hingga tak tertahan... Mulut ini serasa ingin berteriak dan memaki diri yang belum sepenuhnya menjadi anak yang ta'at dan berbakti kepada beliau. Tapi seperti biasa, saya hanya menagis dalam diam tanpa suara sedikitpun. Air mata bercucuran dengan sejadi-jadinya...
Sungguh tragis rasanya hidup ini... Bukan karna beliau yang sudah di sisi Allah, namun karna saya yang belum sempat membahagiakan beliau dengan sedikit membalas jerih payah dan kucuran keringatnya semasa hidup dan bersama kami...
Tapi hati ini rasanya berbisik kecil... Sekarang bukan saatnya untuk bersedih. Beliau tentunya tak menginginkan hal itu... Ayahanda kami tercinta sudah tenang di alam sana. Saya harus kuat sebagai tulang punggung keluarga. Saya harus tetap memiliki motivasi dan semangat terbaik untuk adik dan ibunda... Betapa kalian sangat berharga dalam hidupku ina la'o airi meciku <3
Menulis dengan kucuran air mata Sultan Abdul Khair
2 komentar:
Kalembo ade adinda
Iyota Sa'e ^_^
Posting Komentar